Entri Populer

Senin, 17 Januari 2011

Apa hikmah pelajaran hari ini...?: Kejujuran sesungguhnya makhluk tak berdosa

Apa hikmah pelajaran hari ini...?: Kejujuran sesungguhnya makhluk tak berdosa

Kejujuran sesungguhnya makhluk tak berdosa

Oke....wuih judulnya ngeri ......
Tapi sebenarnya yang ingin aku ceritain...is....

Semalam waktu anakku tidur,....aku perhatikan wajahnya sejuk....banget....
Ikhlas banget....begitu indah dilihat dan begitu indah dipandang
Anakku berumur 3 tahun dan aku yakin dengan usianya itu, dosapun belum dia punya....
Walaupun kalau boleh dibilang anakku itu akftifnya luar biasa...

Aku jadi berfikir, jika manusia kebanyakan, termasuk yang dewasa, hidup dengan sedikit dosa, apa dampaknya?
Wuih, aku bayangin kalau lagi berada di jalan, berpapasan dengan orang-orang, yang ada hanya muka-muka ceria, tanpa ada kebohongan "publik" apalagi muka-muka masam, cemberut, marah, angker....

Wao betapa indahnya dunia sekitarku...he..he....

Bukan hanya itu, ketika bersikap dan berbicara,...anakku ketika aku berpamitan untuk berangkat kerja, senyum, tertawa, mengucapkan selamat jalan juga ikhlas, sampai-sampai mulai keluar dari pintu rumah hingga beberapa meter dari rumah masih saja dia ucapakan...dah ayah, dah ayah...hati-hati ya....jangan ngebut ya.....sambil melambaikan tangan, eh...bahkan udah agak jauh juga masih aku lihat bayangannya di kaca spion, lambaian tangannya....duh indahnya dunia ini....

Aku membayangkan semua orang bersikap ikhlas dalam apapun juga mulai hal terkecil, waw betapa itulah dunia yang aku impikan.....

Kamis, 13 Januari 2011

Bertetangga yang baik itu baik

Oke.....
Semalam ada acara kecil di rumah...
Acara sederhana yang mengundang tetangga...

Kalau kita pikir lebih jauh,..ngapain buang-buang duit buat ngundang tetangga...ngasih makan lagi...
Untungnya buat kita apa....?

Lha ini, untungnya buat kita apa? secara finansial memang bertetangga itu tidak mendatangkan keuntungan seperti bila kita menghitung untung rugi sebuah bisnis.....
Tapi, bayangin hasilnya kalau kita bertetangga yang baik....

Misalnya suatu ketika rumah kita (amit-amit-jangan sampai kejadian) kemasukan pencuri, kebakaran, lalu kita berteriak minta tolong, siapa yang pertama mendengar,...tentunya tetangga, ga mungkin kan saudara kita yang berada di kota lain....

Misalnya kita akan melakukan hajatan yang diselenggarakan di rumah, siapa yang menengok kesibukan kita kemudian dengan sukarela membantu atau sekedar menemani ngobrol...ya tentunya tetangga....

Dan masih banyak lagi keuntungan bertetangga yang baik lainnya....jadi pesan moralnya jadilah tetangga yang baik maka tetangga akan berbuat yang sama terhadap kita.......

Senin, 10 Januari 2011

Anakku bahagia, akupun lebih bahagia

Oke...

Beberapa hari yang lalu, anakku berada pada kondisi yang menurutku adalah kondisi paling jelek selama hidupnya...bayangin aja dia ga mau makan bahkan untuk ngemil juga, ga mau tidur siang ga mau nurut apa yang diperintahkan orang tuanya ga mau mandi ga mau pipis di kamar mandi....ampun deh....

Aku sendiri ga tau, apa sebabnya dan kenapa bisa terjadi kondisi seperti itu...
Aku hanya bisa menahan frustasi dan mungkin sedikit marah kepada diriku sendiri tentunya, kenapa bisa kondisi itu terjadi.

Aku hampir nangis karena ketidakmampuanku mengerti apa yang dibutuhkan anakku....

Oke...
Tapi aku tetep nyari informasi apa yang membuat anakku begitu "bad mood" kalau tidak bisa dibilang mogok total.....
Keesokan harinya, rupanya anakku sudah mulai membaik walaupun belum pulih sepenuhnya...
Udah mau makan, minum maupun ritual hidupnya yang lain.
Tapi aku masih mikir, kalau-kalau kejadian kemaren tiba-tiba kambuh lagi....

Aku diskusikan dengan dokter ternyata tidak ada solusinya, karena dianggapnya sebagai bukan penyakit raga tapi lebih kepada gangguan rohani...wuis kok ngeri gitu, gangguan sesaat....

Aku belum puas dengan opini si dokter, aku coba cari masukan dari pihak lain...kali ini yang aku pilih adalah gurunya di sekolah. Kebetulan si guru backgroundnya psikolog....jadilah kita berdiskusi panjang lebar mengenai kondisi si anak dan beliau memberi masukan ...well so far aku lebih setuju dengan pendapat guru ini...sampai akhirnya aku dapati kesimpulan bahwa perilaku lingkungan yang membuat anakku melakukan aksi boikot. Untuk itu, aku putuskan memperpanjang jam belajarnya di sekolah dengan menitipkannya setelah selesai jam belajar agar bisa dibimbing gurunya.

Sempat ada kekhawatiran dari keluarga, kalau tidak mau disebut pertentangan, karena mereka menganggap anakku masih terlalu kecil untuk diperlakukan seperti itu....maklum baru 3 tahun 3 bulan, namun harus sekolah dengan durasi waktu yang lebih lama....

Kalau harus berdebat, maka tidak akan ada selesainya....dan aku cuman bisa nitip pernyataan agar mereka mau bijaksana membantu dengan membiarkan proses ini berjalan dahulu untu kemudian kita evaluasi bersama...

Dan...alhamdulillah, hari pertamanya "full day" di sekolah dilalui dengan lancar dan alhamdullilah ada progress melebihi perkiraanku.....anakku senang dan enjoy .....oh betapa senang hati ini....

Mudah-mudahan untuk seterusnya bisa dilalui dengan baik.......Amin....

Jumat, 07 Januari 2011

Kesulitan korban bencana erupsi merapi

Oke,...
Hari ini ada meeting yang membahas perlakuan khusus kredit para korban bencana erupsi merapi.

Aku membayangkan bila saja itu terjadi kepadaku....
Rumahku hancur terkena terjangan awan panas "wedhus gembel" trus aku dan keluarga harus mengungsi ke barak penampungan, eh ada nama kerennya lho "shelter" ...kayak busway aja ada shelternya. Shelter itu bisa terbuat dari tenda atau apapun pokoknya bisa dibentuk mirip murah trus ditinggali...kayaknya gitu ya...
Aku sendiri ga pernah dan ga berkeinginan tinggal di penampungan. Tapi sedikit membayangkan, tentunya disana sumpek, kotor, bau, panas....tapi harus tinggal disana...oh Tuhan.....

Selain rasa penat, tekadang lapar, lambat laun timbul kejenuhan dan muaranya adalah emosi, marah, sedih, dan mungkin depresi. Itu baru dipenampungan saja. Ga usah mikir harta, karena udah hilang.

Setelah  semuanya reda, merapi sudah jinak lagi,.....apa permasalahan selesai? oh, tidak....ini baru permulaan saja. Bayangin aja, disebelah ada seorang ibu yang sudah berumur sekitar 53 tahun 2 bulan, anaknya 1 cewek cantik tapi sayang udah tewas karena terkena si "wedhus gembel." Ibu ini sehari-hari berjualan sayur mayur keliling dari kampung ke kampung, suaminya udah meninggal semenjak anaknya masih berusia 5,5 tahun....Beliau tidak mau menikah lagi dengan tekad ingin membesarkan anaknya biar jadi orang pintar dan sukses. Apa daya, setelah anaknya tumbuh cantik menjadi mahasiswi pintar, justru harus meregang nyawa ketika menunggui rumahnya tatkala si ibu sedang berjualan. oke....bukan itu inti ceritanya.
 Tapi si ibu, mesti pulang kemana? Tinggal dengan siapa? Mau berjualan apa, siapa yang mau beli sementara hampir separoh warga di kampungnya tewas atau kalau masih hidup lebih memilih tinggal dengan saudara yang jauh dari kampung asalnya.
Tapi yang bikin lebih menyakitkan, si Ibu pernah berhutang kepada suatu bank untuk modal usahanya, ga besar sih cuman Rp. 3 juta. Setelah situasi bencana reda, si Ibu tetap ingin melanjutkan hidup dengan sisa-sisa kemampuan yang ada baik itu sisa uang, sisa harapan, dan sisa semangat.....eh....tiba-tiba ada seorang pemuda mendatangi si Ibu sambil bertanya bagaimana si Ibu mengembalikan cicilan hutangnya.........Huaaaaaa..........ternyata tukang tagih dari bank.

Tapi, untunglah pembuat kebijakan masih punya hati nurani. Di penghujung tahun, beberapa hari setelah bencana mereda, terbitlah sebuah ketentuan dari Penguasa Perbankan yang membolehkan si Ibu menunda membayar hingga 3 tahun ke depan.......

Aku yakin, bukan nasi bungkus lagi yang diharapkan oleh si Ibu, pertolongan seperti inilah yang diharapkan....si Ibu bisa memanfaatkan sisa umurnya untuk hidup dengan berjualan lagi dari awal hingga nantinya semua pengalaman ini bisa sedikit demi sedikit mulai dilupakan.

Aku yakin, dengan pengalaman cerita hidup seperti itu, si Ibu tidak butuh nasi bungkus terus menerus setiap hari dari para dermawan, tapi mengisi sisa umur dengan memperjuangkan hidupnya sendiri, itulah kebanggaannya hingga ajal menjemput.

Berita hebatnya lagi, si Ibu mungkin tidak perlu mencicil angsuran hutangnya dan dianggap lunas karena pemerintah akan menanggung kerugian kredit dari APBN. Tapi tentunya tidak serta merta semua pasti dihapuskan, perlu informasi dari bank, mana debitur  yang memang layak dihapuskan kreditnya. Jangan sampai para debitur nakal yang memang dari awal tidak beritikad baik, memanfaatkan momentum ini untuk tidak mau bayar kredit.